Minggu, 16 Maret 2008

HKTI Tolak Impor Beras 75.000 Ton





Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menolak rencana impor beras sebesar 75.000 ton yang akan diberikan Departemen Perdagangan kepada Perum Bulog. “Impor tidak diperlukan, stok beras dalam negeri masih surplus 3 juta ton,” tegas Ketua Umum HKTI Prabowo Subianto, Jumat (11/11) di Jakarta. Prabowo menjelaskan, beberapa hari lalu Ketua HKTI Benny Pasaribu dan Sekjen HKTI Rachmat Pambudy bertemu dengan Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu. Dalam pertemuan tersebut, Mari menjelaskan telah menetapkan rencana kuota impor beras 75.000 ton. Alasan Mendag, impor untuk menekan inflasi, memenuhi stok beras Bulog dan menstabilkan harga beras di dalam negeri. Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan impor beras hanya dilakukan dengan dua syarat, harga beras kelas medium di atas Rp3.500/kg dan stok Bulog di bawah 1 juta ton. HKTI mengutip data Departemen Pertanian dan diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras tahun 2005 mencapai 54,34 juta ton gabah atau sekitar 34 juta ton beras. Kebutuhan dalam negeri hanya 31 juta ton sehingga terdapat surplus 3 juta ton beras. Bahkan, HKTI telah menerima laporan dari berbagai daerah produsen beras yang menyebutkan stok beras masih mencukupi, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung. Prabowo menegaskan, harga beras dalam negeri masih relatif belum tinggi belum mencapai Rp3.500/kg. Harga beras di Bangka Belitung serta di Bali sekitar Rp 3.400/kg, sedangkan harga terendah tercatat di Sulut Rp 2.400/kg. Ia menyatakan sebenarnya dengan harga beras yang mencapai Rp3.500/kg justru positif buat petani karena merangsang mereka untuk meningkatkan produktivitas. “Jika petani tidak memperoleh insentif yang menguntungkan maka mereka enggan menanam padi,” katanya. Sementara itu, Ketua HKTI Benny Pasaribu menegaskan impor beras 75.000 tidak akan signifikan untuk mempengaruhi inflasi. Itu sebabnya pemenuhan stok beras Bulog sebaiknya dilakukan dari dalam negeri.(sinar harapan/naomi siagian)

Tidak ada komentar: